Wednesday, December 25, 2013

Throwback - 2013. (part one)

Hi there readers! Menurut tanggalan gue, hari ini 25 Desember 2013. Which is means... kira-kira seminggu lagi kita bakalan menuju 2014! Whoop whoop, super excited? Well... sort of. Apalagi 2 Januari nanti gue bakalan ulang tahun yang ke 17. (Tujuh Belas. Man, tujuh belas.) Tua? Yap. Dewasa? Belum tentu.

Once, a wise man said that age doesn't define maturity. Whoever that wise man is, I have to agree with him. Kedewasaan seseorang emang nggak ditentukan oleh seberapa tua dia. Karena yang tua belum tentu yang dewasa.
Ahaha well, sebenernya bukan itu sih yang jadi titik fokus pembahasan gue saat ini. Yang mau gue ceritain adalah beberapa pengalaman-pengalaman gue sepanjang tahun 2013 (well, most of my interesting moments happened in June  - December 2013 sih yeah so...) Let's take a look at some of them!

Representative of Provoke! Magazine vol.8 JKT!

Bisa dibilang jadi repro tuh keinginan gue sejak lama. I still remember the first time that i got my very first P! Yang ada dalam pikiran gue langsung terlintas

 "Man, ini majalah kok kecil banget?"

Ya tapi ternyata disitulah letak gregetnya majalah Provoke! Bisa dibilang walaupun bentuknya mini mini imut gimana gitu tapi isinya tuh bener-bener berbobot dan hitz banget pake z.

Repro itu singkatan dari Representative of Provoke Magazine. Yep, perwakilan dari sekolah-sekolah di Jabodetabek untuk majalah Provoke! ini sendiri. Dari awal gue baca P!, gue udah targetin dalam diri gue... pokoknya gue harus jadi repro-nya 60.


Dan....



Gue lolos... sesi interview buat jadi repro. Seneng banget yaampun emesh. Dan setelah melalui perjalanan panjang, one day gue dicontact sama Kak Bet (as known as Mami Bet, Mami kita tercinta mwah) buat ikutan photoshoot di Our Repro. Excited banget lah jelas. Gils seorang anak Cinere yang kerjaannya baca komik Miiko di pojokan gramedia bakalan masuk majalah?


 Our Repro Photoshoot
 Raffles International Institute, 27 August 2013.  

Left to right:
Ariq (sman 68), Rezha (sman 53),
 Nadine (sma BPK Penabur), Sheli (SMA Regina Pacis)

 Sama ini nih ada satu tambahan kesayangan namanya 
Eriska dari 70 muah.

Waktu pertama kali jadi repro gue nggak nyangka kalo Repro bakalan means a world to me. Dari yang nggak kenal siapa-siapa sampe nganggep mereka semua sahabat (aaaaaw). Walaupun saling jauh-jauhan dan nggak bisa tiap saat ketemu, kalo udah ngegroup, curhat-curhatan, sesi regal (repro galau, ehem) dan idiot-idiotan bareng rasanya seru banget dan pengennya kita semua satu sekolah. Sometimes gue kadang bingung ini repro apa biro jodoh karena banyak bgt yang nemuin jodoh disini HAHAHAHA. Intinya sih distance does not matter for those who believe yah ahey.

1st Briefing @ Provoke! Headquarter.
Ini entah muka siapa aja, rame banget gils :(

1st gath @ London School of Public Relation, Jakarta.
Fisheye rusuh sampe-sampa yang terdeteksi cuma muka gue, Eriska, Caca, Reina, Eja, Agam trololol.

 Was at Kak Beatrice's birthday surprise @ Provoke! Headquarter.
With Ariq, Eriska, Dista, Caca, Agam, Rere, Aldi, Klemens, Nia, Fanny, Ola.


Nge tong-sis dulu biar hitz pake z.
With Dista, Rere, Fanny, Nia, Ola, Rere, Klemens.

nyaw, love you guys.  

 Oiya nih kerjaan gue tiap bulan di sekolah,
bagi-bagi majalah Provoke! buat seluruh warga SMAN 60 muah.

Toto Film Making Class 2013!

Honestly, gue bersyukur banget bisa jadi repro karena selain dapet banyak banget temen baru gue juga dapet kesempatan buat ikut acara super kece ini nih...

TOTO FILM MAKING CLASS 2013!

Jadi, Toto Film Making Class 2013 itu adalah workshop film yang udah rutin diadain tiap tahun di negara-negara tetangga kayak Thaliand, Phillipines, dan nggak ketinggalan negara asalnya yaitu South Korea. Di Indonesia sendiri Toto Film Making Class ini baru diadain pertama kali di Jakarta and lucky me! Gue terpilih jadi salah satu dari sekitar tiga puluh participant dari seluruh Indonesia. Jadi ceritanya gue dapet rekomendasi dari Provoke! Magazine buat ikutan acara ini sama 6 repro lainnya; Rey, Jeje, Ariq, Agam, Farah dan Denzil. 



 With Mba Lala, 
One of the greatest Film Story Board Maker

 Workshop Day 1:
London School of Public Relation, Jakarta.

Di hari kedua, workshop diisi sama pemberian materi tentang skenario oleh Om Salman Aristo. Excited banget, pasti. Well, I've known him for his great written scenarios and now im gonna learn how to learn writing a script with him. What a pleasure.

 
  
Tim Mentor di Toto Workshop,
The one with with t-shirt and pink trousers, best mentor in the whole world.
Om Faozan Rizal. Along with Om Joko Anwar in his right.



Workshop Day 2:
London School of Public Relation Jakarta.

Dan ini adalah team-mates gue selama di Toto Workshop. Well, karena film itu bicara tentang kerja sama antar kru so its nearly impossible to work alone. Elba (SMAN 28, sutradara), Ariq (SMAN 68, Produser) Gue, (script writer, SMAN 60) Andyka (cameraman, SMK Kanaan), Milla (cameraman, SMA Santa Ursula) Adin (Art Director, SMAN 82), Kevin (Editor, SMK Cakra Buana) dan Putri (Editor, SMAN 3 Tangerang) semuanya kerja sama untuk bikin film ini. Even kita semua nggak ada yang satu SMA dan boleh dibilang baru saling kenal, tapi itu semua nggak mempengaruhi etos kerja kita. Apalagi kita dapet mentor paling kece sedunia yaitu Om Faozan Rizal atau biasanya sih kita panggil Om Pao! 
Om Pao ini DOP (director of picture) film-film box office macam Habibie Ainun dan yang terbaru Soekarno. Jadi gue bersyukur banget bisa dapet kesempatan diajarin sama beliau. What a wonderful chances!


Akhirnya kita semua sepakat buat namain group kita... Tanda Tanya. Kenapa Tanda Tanya? Itu juga masih jadi sebuah tanda tanya hehehehe. Nggak deng, karena itu diambil dari film Tanda Tanya. Kita ingin menjadi sebuah tanda tanya yang membuat orang ingin bertanya dan mendengarkan kebenarannya, bukan tanda seru yang membuat orang berseru dan berbicara lebih banyak ketimbang mendengarkan. (asyik!)

Kita akhirnya sepakat buat bikin film tentang seseorang yang berkepribadian ganda. Dari kita buat tokoh super misterius dan psikopat sampai akhirnya kita bikin jadi seorang preman sangar berbadan besar yang akhirnya jadi seorang (ehm... maaf) banci. Dan sebagai seorang script writer, sebenernya agak-agak malu gimana gitu nulis script yang beda banget dari tulisan-tulisan gue biasanya. Tapi kata Om Pao...

"Hajar terus!"

 ***

Di hari ketiga kita shooting buat film kita dengan judul yang sangat amat sensasional.... 

TIKUNGAN BANCI.

Well, kayaknya nggak usah terlalu banyak gue jelasin yah tentang film ini. Take a look at the pictures ajah karena the title said it all mwah.







Waktu selesai shooting tuh rasanya bener-bener seneng+++lega. Nggak sia-sia perjuangan kita seharian penuh ngubek-ngubek London School dan ngerasain gimana serunya sehari jadi kru film. :'D




 Meanwhile, hari keempat dan keenam diisi sama ngedit film di SAE Institute Jakarta!



 

Dan di hari terakhir, film hasil bikinan kita diputar dan nggak tanggung-tanggung, langsung di Blitz Megaplex Pacific Place, Jakarta! Asli, gokil banget. I feel nothing but amazing at that time and since that day, I always believe that someday... We, all of us, Toto Film Making Class participant will be something rather than just nothing.

After premiere, with Tanda Tanya Production members with Om Faozan Rizal, Om Hanung Bramantyo, Om Ari Syarief and other Om Mentors! :-D

Nyawwww kayaknya segitu dulu deh throwback 2013 part one. Gils baru dua cerita aja udah pegel (++++ panjang) banget. Gotta catch ya in the next post, I PROMISE I'LL MAKE IT I PROMISE. See ya in the next post readers, happy early new year!

Friday, August 2, 2013

The Conjuring - Movie Review

Hi readers! Well, i'm not so sure about how many loyal readers that i have... but I'm so happy because eventually, people read this blog! Yay!

One of a friend of mine told me to post more posts on this blog because he enjoy reading some foolishness I wrote. He said he also likes pictures that I posted because it was that entertaining! Well, I never thought people might like my blog because I already feel really really reaallllly happy to see people reading my posts.

Sooooo, I'm gonna write about umm... it's not the most happening movie at this time sih. Masih ada Pacific Rim dan Despicable Me 2 dengan Minion-nya yang bikin seantero dunia heboh. Well at leasttttt, film yang satu ini lagi sering-seringnya nongol di timeline twitter gue. (@Dillaadwina, ahem!)



Ps: Lotsa luvs buat teman-teman yang tweet-nya aku post disini. Mwah:-*

THE CONJURING 

Well, well, well sebagai anak film amatiran yang baru aktif bikin film kira-kira setahun belakangan ini gue merasa harus ngereview film ini di blog gue. Kebetulan, gue emang udah nonton The Conjuring, perhaps before The Conjuring euphoria starts.

Bukan karena gue update banget soal film atau gimana. Rencana awalnya mau nonton Pacific Rim. Cuma ya helloooooo, please deh. Ya kali Pacific Rim masih tayang tanggal-tanggal segini? (ketauan sineas amatirannya deh, hiks.)


Akhirnya, gue bersama seorang teman (sebut saja dia Bejo) nonton The Conjuring tanggal 27 Juli kemaren (pretty much a week after the movie released). Dan sampe sekarang gue masih agak nyesel kenapa gue milih The Conjuring instead of The Wolverine....

Nyesel bukan karena The Conjuring jelek. Nggak sama sekali bukan karena itu. Melainkan karena abis nonton The Conjuring gue berlinangan air mata. Air mata bahagia dan ketakutan.

Bahagia karena gue sama sekali nggak ngeduga jalan cerita dari film ini and at the same time, gue takut banget di atas lemari baju gue bakalan ada anak kecil yang duduk diatasnya:-(

Spolier sedikit, The Conjuring bercerita tentang pasangan paranormal investigators asal Amerika Serikat, Ed dan Lorraine Warren yang berusaha nyelamatin keluarga Perron. Keluarga dengan lima anak perempuan yang tinggal di Harrisville, Rhode Island. The Warrens trying to save The Perrons because they had a really increasingly disturbing events in their house.

Awalnya, kejadian-kejadian aneh di keluarga Perron cuma berupa anjing mereka yang mati mendadak, semua jam di rumah yang mendadak berhenti pukul 3 : 07 dan suara ketukan-ketukan aneh. 

Tapi makin lama, terror di rumah ini makin menjadi. Dari kaki dan tangan Mrs.Perron yang sering mendadak lebam, kaki yang ditarik pas lagi tidur (kebayang nggak sih lagi tidur enak-enak terus kaki lo ditarik sama invisible peeps gitu?) dan yang paling horor sih menurut gue adalah si anak bungsu, April Perron.

April nemuin kotak musik tua di rumah baru mereka. Dia juga bilang dapet temen baru yang cuma bisa dilihat kalo kita muter kotak musiknya. Temennya itu akan muncul saat musik dari kotak musik berhenti.

Umm.... guess who's April's new friend?
Penasaran sama filmnya? Well.... kalo kata iMDB sih...


Ratingnya 8!


Yang bikin lo bakalan tambah parno adalah, film ini 'based on true story'. Berdasarkan kisah nyata. Gila, gue nggak kebayang gimana rasanya tinggal di rumah dengan terror dari arwah pemuja setan semacam ini.


And as for me, The Conjuring Rated 4 out of 5! Selamat nonton kawan-kawan!

Saturday, June 29, 2013

Ketika Germis Menderas

Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang film 'Cinta Dalam Kardus' yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013.
:-)







Cinere, 2 September 2015

Sebuah kamar yang didominasi furnitur berwarna merah muda, dengan cahaya mentari menerobos dari sela-sela jendela…

Kakiku menendang kardus terakhir yang baru saja selesai kututup bagian atasnya dengan selotip berwarna cokelat muda. Aku menghela napas lega. Kegiatan sortir menyortir barang dan memasukannya dalam kardus yang kulakukan selama tiga jam terakhir ini akhirnya selesai. Pandanganku tertumbuk pada sebuah kardus—kotak lebih tepatnya—berbentuk persegi panjang dengan warna merah marun yang sudah agak usang di atas tempat tidur.

Segala kenangan tentang scrap book, lembaran-lembaran foto, gerimis yang romantis, dan langit senja berlompatan dalam memoriku. Aku memejamkan mata—berharap waktu bisa terulang—dan aku, bisa selalu bersandar di bahumu.

Selamanya.
***

­Cinere, pertengahan Oktober 2012…

Sebuah kamar yang didominasi furnitur berwarna merah muda, dengan rintik gerimis menuruni kaca jendela dengan anggun…

Jari jemariku menelusuri kaca jendela yang dilapisi embun dingin. Semilir angin sore itu menggelitik pipiku dengan lembut, memaksaku untuk menjauh dari kaca jendela yang kunilai terlalu dingin. Tanganku meraih segelas teh hangat di meja belajar, menyesapnya perlahan—membiarkannya menuruni kerongkonganku dan meninggalkan sebuah rasa hangat yang menyenangkan.

Namun tidak sehangat senyumanmu.

Ponselku berdering. Dengan namamu tertera pada layarnya. Seketika itu juga aku bisa merasakan pipiku menghangat dan sebuah perasaan senang—yang tak pernah bisa kudefinisikan—meluap-luap dalam hati.

Hai! Pasti lagi bete:-3

Aku tersenyum. Tersenyum mengetahui fakta jika pesan sesingkat itu darimu bisa membuatku bahagia. Sebut aku gila, tapi kamulah ladang kebahagiaanku.

Iya… hujan sih:-(

Jariku lincah mengetikkan pesan balasan. Aku menghela napas, menunggu balasan darimu. Kusadari jika saat itu mataku tak bisa berhenti menatap puluhan—bahkan mungkin ratusan foto kita dari kamera polaroid-­ku. Ratusan foto itu kugantung dengan penjepit kertas dalam sebuah tali yang tergantung dari salah satu ujung kamarku, ke ujung yang lainnya.

Entah sudah berapa momen yang kita abadikan bersama. Di kelas, di mall, di taman, di pantai, dan favoritku—di sawah belakang perumahan kita, saat kita dengan bodohnya menunggu matahari terbenam disana.

Aku juga menyadari, scrap book milikku, yang awalnya berisi potongan-potongan foto dan artikel artis idolaku kini berubah menjadi kumpulan foto kita. Fotomu, lebih tepatnya, dan segala kenangan tentang kita.

Pip! Sebuah pesan masuk ke ponselku setelah lima belas menit berlalu.

Daripada bete, mendingan kamu lihat di luar pagar dan temukan ada apa disana…

Aku terhenyak, dan tanpa memedulikan gerimis yang semakin menderas, aku berlari keluar. Sebuah kotak berwarna merah marun ada disana.

I bet you don’t know how much I love you. I love you!

Sebaris kalimat dalam tulisan acak-acakan yang sangat kukenal—tulisan tanganmu, dalam kartu merah jambu yang ada diatasnya. Aku bisa merasakan mataku menghangat, terharu dengan tingkah lucumu, mengingat kita bahkan belum genap enam belas tahun.

***

Cinere, 2 September 2015

 Sebuah kamar yang didominasi furnitur berwarna merah muda, dengan air mata yang menuruni pipi seorang gadis…

Tanganku memegang sebuah kotak merah marun dengan tangan gemetar. Setetes air mata jatuh, membasahi selembar potret dirimu di dasar kotak. Entah kapan aku bisa melepaskan diri dari bayangmu. Berada bermil-mil jauhnya darimu saat kuliah nanti, mungkin akan membuatku lupa akan dirimu…

Cinta pertamaku.

 








Monday, May 27, 2013

Amoureux.

Bandara Charles de Gaulle, Paris -- 2023.

Aku melirik jam bergambar karakter Woody dari film Toy Story di pergelangan tanganku. Jam tujuh tepat. Seharusnya, kamu sekarang sudah berjalan menyusuri lorong panjang. Sambil mendorong trolley dan dengan coat berwarna biru donker kesayanganmu. 

Entah sudah berapa kali aku menyuruhmu untuk membeli coat baru. Setidaknya yang berwarna lebih elegan ketimbang biru donker; beige misalnya. Tetapi kamu menyukai warna itu lebih dari apapun. Setidaknya, kamu masih tetap menyukai aku dibandingkan warna biru.

Aku kembali melirik jam tanganku. Lima belas menit telah lewat sejak jarum panjang meninggalkan angka dua belas. Aku bergerak, menatap pesawat-pesawat yang satu persatu mulai meninggalkan langit dan menjejak di daratan. Bertanya-tanya apakah kamu ada di dalam salah satunya.

Suasana terminal satu mulai padat. Jantungku berdegup kencang ketika melihat wajah-wajah yang tak asing. Wajah-wajah pribumi Indonesia-- yang nampak sangat kontras diantara manusia-manusia di benua biru ini.

Sesaat aku merasa badanku limbung. Seorang pria berbadan besar dengan mata biru terang menatapku galak. 

"Pardonnez moi! S'il vous plait!"


Ucapku dengan kikuk, meminta maaf pada sang mister. Aku melirik segelas kopi panas dalam genggamannya. Untung saja kopi itu tidak sampai tumpah.
Terminal satu bandara itu makin padat. Aku bingung; seperti biasanya. Seperti hari-hari sebelumnya. Sama seperti dulu, sepuluh tahun lalu.

Selatan Jakarta -- 2013.


"Awas!!!" kamu memegangi tanganku, mencegahku terserempet motor yang tengah melintas.


Aku menoleh dengan linglung, tak sadar jika hampir saja aku tertabrak. "Eh?"


"Kalo di jalan jangan meleng dong. Hati-hati!"


Aku tersenyum. "Iya bawel,"

Aku diam-diam tersenyum. Senyuman yang lebih besar dalam hati. Entah kenapa, menganggu kamu yang serius seperti sudah menjadi keharusan bagiku. Aku yang (kata orang) bawel dan cerewet dan kamu yang (katanya lagi) pendiam, (kata orang lagi) nggak akan pernah bisa bersatu.

Kenyataannya?


Aku disini. Berdiri, masih disebelah kamu.


Kenapa harus peduli kata orang kalau kamu bisa peduli pada kata hatimu sendiri...

Sebuah bus kuning dengan melintas. Mataku membelalak.

"Bus sekolah!!!!"


"Eh?" Alismu berkerut. Seperti sudah terprogram untuk mengerut saat melihat tingkah ajaibku.


"Naik naik ayo naik!" ajakku histeris. Maklum, aku baru sekali ini lihat bus semacam ini.


Maka berkat keegoisanku, sore itu kita terduduk dalam bus bercat kuning itu.  Memandangi jalanan Jakarta yang padat sambil bercerita (sebagian besar aku sih yang ngomong, hee) tentang apapun yang melintas dalam pikiran kita.


"Sepuluh tahun lagi, kita nggak naik bus sekolah lagi. Tapi naik double decker"


"Berdua?"


"Iya, berdua..."





***

Bandara Charles de Gaulle, Paris -- 2023.

Brak!

Buku-buku sastra perancis yang ada di tangaku terjatuh, berhamburan kemana-mana. Refleks, aku memunguti buku-buku tebal itu satu persatu. Sampai sebuah tangan dengan kulit sawo matang menjangkau sebuah buku bersampul cokelat.

Sebuah tangan, dalam balutan lengan coat berwarna biru donker. 

Aku mendongak. Sebuah senyuman yang sama terbentuk dari bibirmu.

Senyuman yang sama seperti sepuluh tahun lalu. 


Hore! Sekarang nonton filmnya udah nggak sendirian lagi!:'D 

Monday, May 20, 2013

Live While We're Young.

Hi there guys!!! Nothing big to share here, cuma mau sekedar sharing a few of my thoughts, daripada numpuk di otak, berebutan tempat sama hidrokarbon dan sincostan....i better share it here n_n

So here's the thing, semenjak SMA (cie) gue sering merasakan beberapa hal yang menurut gue agak ganjil di dunia ini. Well, sebenernya bagi beberapa orang these few things are normal, but for me it's kind of unfamiliar. (What cave did ya grow up in, Dil?;-p)

Number one!



Makan di 7/11 alias Sepen Elepen.


Okay, the real name is not sepen elepen, i know you guys know the real name... tapi namanya sengaja gue samarkan demi melindungi sang pemilik minimarket super gede itu. Kasian kan kalo abis ini usahanya bangkrut gara-gara ABG se DKI Jakarta pada baca post gue?:-(

Yang gue perhatiin adalah, populasi minimarket yang katanya kalo lo nongkrong disini level gaul lo bakalan bertambah 150 level, banyak bangetttt! Even hampir sama dengan populasi warung rokok yang udah emang ditakdirin menjamur di jalanan-jalanan kota Jakarta.

Padahal, selayaknya minimarket pada umumnya, gue seringnya menggunakan minimarket ini sesuai dengan fungsinya. Ya buat beli minum, beli snack, beli sisir (darurat sih, ehm).

Satu pengalaman gue adalah, waktu itu gue ketemu segerombolan remaja SMA di minimarket ini yang terletak di kawasan Jakarta Selatan. Lucunya, cowok-cowok ini cuma beli snack satu bungkus, tapi chilli sauce dan melted chesse yang mereka ambil tuh berbungkus-bungkus. Belum lagi, mereka nongkrongnya super duper lama dan cukup makan tempat.

Kalo kayak gini, masih mau bilang pelanggan adalah raja?

Number two!



Foto pake aplikasi karakter semacam Pororo.

Jujur aja, gue seriiiiing banget foto pake aplikasi yang satu ini. Tapi nggak banget sih. Well, even kalo dipikir-pikir sebenernya dimana pentingnya foto pake aplikasi kartun semacam ini? Biar lucu? Biar unyu? Biar mukanya saingan sama pororo?


Pokoknya, semakin unyu kartun yang lo pake, semakin tinggi pula tingkat keunyuan lo. n_n

Number three!



Foto dengan muka unyu. 

Well, gue sengaja pake contoh fotonya dengan muka gue sendiri. Yah sekalian riset sih. (alesan) Coba deh kalian perhatiin display picture atau avatar temen-temen kalian, terutama yang cewek-cewek. Pasti selalu ada gaya ini:

1. Melet
2. Monyong
3.Nyengir
4. Muka kaget

Try ittttt! ;-p kalo dipikir-pikir, people will strike a good pose when they take a picture, but why we strike a pouting face expression when we take a photo? Does it make us look thousand years better than we strike a normal smile face?

Number four!

Fetch me on skype/instagram/line/kakao talk/facebook/twitter....

Pernah nggak baca kalimat kayak gitu, umm lets say on someone's twitter bio or tweets? Pernah nggak kepikiran, dengan semakin banyak social media yang kita miliki, semakin besar pula terkesposnya ruang privasi kita punya.

Lets say gini, untuk tau detail cowo yang lagi kita taksir, kita cukup ngestalk twitter atau instagramnya. Emang siiih, kita bisa sesuka hati ngesave foto atau ngecapture tweet dia yang unyu di twitter. But where's the fun part?

Once my mom told me this thing:

Anak-anak zaman sekarang enak ya, cuma modal pulsa sekian rupiah udah bisa ngobrol bebas bareng temen-temennya.

Well, of course communication and technology is getting so much better in this globalization era, but we life in the real world, not the internet world do we?

Number five!




Heboh tribal dan galaxy.

Did you guys realized.......sekarang banyak banget barang-barang bermotif tribal dan galaxy. Sepatu, sweater, case handphone, tempat pensil, tas, mungkin sampe sprei tempat tidur dan bikini ada juga versi tribal dan galaxy-nya.

Nggak salah sih, malah kreatif siapapun pencetus pertama kali tren ini. Cuma males nggak sih, kalo lagi jalan terus kita make sweater motif tribal eeeh... ketemu orang pake sweater yang sama. :-|

Well, itu aja sih yang pengen gue share disini. Beberapa hal yang agak mengerutkan kening gue dan bikin gue terheran-heran selama beberapa menit. Tapi yang jelas, semua hal yang gue beberin di atas adalah bentuk-bentuk remaja Jakarta mengekspresikan diri mereka masing-masing ;-)

Kalo kata One Direction sih:




Ciao!